Jumat, 17 Juni 2016

KYAI HAMID BUKAN WALI TIBAN

Oleh: A. Mustofa Bisri
Mungkin banyak orang yang tidak tahu bahwa shahabat Umar Ibn Khatthab (40 S.H. – 23 H.) itu “faqih” mujtahid dan fatwa-fatwanya dibukukan orang dan dikenal sebagai fiqh Umar. Mungkin juga tak  banyak yang  tahu bahwa khalifah kedua ini muhdats (gampangnya, wali besar  menurut istilah di kita sekarang). Beliau pernah mengomando pasukan muslimin yang berada di luar negeri cukup dari mimbar mesjid di Medinah; pernah menyurati dan mengancam sungai Nil di Mesir yang banyak tingkah, hingga ‘nurut’ –memberi manfaat manusia tanpa minta imbalan kurban perawan seperti semula-- sampai sekarang ini; sering dengan firasatnya, shahabat Umar menyelamatkan orang. Bahkan khalifah yang pertama-tama dijuluki Amirul mukminien ini, pendapatnya sering selaras dengan wahyu yang turun kemudian kepada Rasulullah SAW (Misalnya pendapat beliau tentang tawanan Badr, tentang pelarangan khamr, tentang adzan, dsb.). Namun manakibnya jarang atau mungkin malah tidak pernah dibaca orang. Umumnya orang hanya mengenal beliau sebagai pemimpin yang al-Qawwiyul Amien, yang kuat dan amanah. Pemimpin kelas dunia (bahkan Michael Hart memasukkan beliau dalam 100 tokoh paling berpengaruh di dunia) yang sering di elu-elukan sebagai Bapak Demokrasi yang penuh toleransi.
Boleh jadi juga banyak yang tidak tahu bahwa shahabat Abu Bakar Siddieq (51 S.H. – 13 H.) adalah waliyullah paling besar sepanjang zaman. Kebesarannya tampak sekali saat Rasulullah SAW wafat.  Ketika semua orang, bahkan shahabat Umar yang perkasa, terpukul dan panik penuh ketidakpercayaan, Shahabat Abu Bakar –yang pasti paling sedih dan paling merasa kehilangan dengan wafatnya sang  kekasih agung itu—sedikit pun tidak kelihatan guncang, apalagi kehilangan keseimbangan. Shahabat nomor wahid itu bahkan masih sempat mengingatkan shahabat Umar dan yang lain tentang firman Allah, Wamaa Muhammadun illa Rasuul qad khalat min qablihir rusul …yaitu bahwa betapa pun besarnya Muhammad SAW dia tetap manusia yang bisa mati. Hanya Allah yang hidup dan tak mati. “Man kaana ya’budu Muhammadan fainna Muhammadan qad maat; waman ya’buduLlaaha fainnaLlaha Hayyun la yamuut;” kata beliau saat itu menyadarkan shahabat Umar dan yang lain. Wali mana yang lebih besar dari orang yang disebut Rasulullah SAW sebagai kekasihnya, Abu Bakar Shiddiq ini?  Sebagaimana shahabat Umar, juga jarang yang mengingat bahwa shahabat Abu Bakar juga mujtahid dalam arti yang sesungguhnya. Umumnya orang hanya mengenal shahabat abu Bakar sebagai shahabt yang mulia budi bahasanya, negarawan dan khalifah pertama Khulafa-ur Rasyidien.
Demikian pula shahabat-shahabat besar yang lain seperti sayyidina Utsman Ibn ‘Affan (47 S.H. – 35 H.) dan sayyidina Ali Ibn Abi Thalib (W. 40 H.), kebanyakan orang hanya mengenal sebagian dari sosok mereka yang paling menonjol; sehingga sisi-sisi kelebihan yang lain bahkan sering terlupakan. Dalam kitabnya Thabaqaat al-Fuqahaa, imam Abu Ishaq as-Syairazy menempatkan Khulafa-ur Rasyidien –secara berurutan-- di deretan pertama tokoh-tokoh faqih dunia. Tapi siapakah yang tersadar bahwa tokoh-tokoh khulafa itu ‘ahli fiqh’ juga? 
Hal yang sama, dengan pencitraan yang berbeda-beda, terjadi pada tokoh-tokoh berikutnya. Imam Syafi’i (150 H.- 204 H.) misalnya, karena sudah terlanjur beken di bidang fiqh, apalagi  menciptakan kaidah fiqh yang sangat jenius dan spektakuler, banyak orang yang lupa bahwa beliau sebenarnya juga menguasai ilmu hadis dan sastrawan yang handal; beliau mempunyai antologi puisi yang kemudian dikenal dengan Diewan Asy-Syafi’i. Lebih sedikit lagi yang tahu bahwa Muhammad Ibn Idris ini juga mengerti tentang musik. Setiap orang berbicara tentang imam Syafi’i boleh dikata hanya sebagai sosok faqih mujtahid belaka.
Lebih malang lagi adalah imam Ibn Taimiyah yang hanya gara-gara kemononjolannya dalam hal menentang tawasul, oleh sebagian banyak orang –khususnya pengagum Imam Ghazaly—ditolak seluruh pemikirannya dan tidak dianggap sebagai imam yang alim dan mumpuni. 
Syeikh Abdul Qadir Jailany (atau Jiely atau Kailany, 470-561 H. ) yang dijuluki Sulthaanul ‘Auliyaa, Raja Para Wali, barangkali tak banyak yang mengetahui bahwa beliau sebenarnya menguasai tidak kurang dari 12 ilmu. Beliau  mengajar ilmu-ilmu Qiraah, Tafsir, Hadis, Perbandingan madzhab, Ushuluddin, Ushul Fiqh, Nahwu, dlsb. Belia berfatwa menurut madzhab Syafi’i dan Hanbali. Namun karena orang melihat sosok akhlaknya yang sangat menonjol, maka orang pun hanya melihatnya sebagai seorang sufi atau wali besar.
Demikianlah umumnya tokoh besar, sering ‘divonis’ harus menjadi ‘hanya sebagai’ atau ‘dikurangi’ kebesarannya oleh citra kebesarannya sendiri yang menonjol. Masyarakat tentu sulit diharapkan akan dapat melihat kebesaran seseorang tokoh secara utuh, paripurna; karena justru masyarakatlah yang pertama-tama terperangkap dalam sisi kebesaran yang menonjol dari sang tokoh dan kemudian tidak bisa melepaskan diri. Karena bagi mereka cukuplah apa yang mereka ketahui dari sang tokoh itu sebagai keutuhan kebesarannya. Barangkali disinilah pentingnya buku biografi seperti yang sekarang ada di tangan Anda. Biografi Almarhum wal maghfurlah Kiai Haji Abdul Hamid yang dikenal dengan Kiai Hamid Pasuruan ini.

                                           ***
    Saya ‘mengenal’ secara pribadi sosok Kiai Abdul Hamid, ketika saya masih tergolong remaja, sekitar tahun 60-an. Ketika  itu saya dibawa  ayah saya, KH Bisri Mustofa, ke suatu acara di Lasem. Memang sudah menjadi kebiasaan ayah, bila bertemu atau akan bertemu kiai-kiai, sedapat mungkin mengajak anak-anaknya untuk diperkenalkan dan dimintakan doa-restu. Saya kira ini memang merupakan kebiasaan setiap kiai tempo doeloe. Waktu itu, di samping Kiai Hamid,  ada Mbah Baidlawi, Mbah Maksum, dan kiai-kiai sepuh lain. Dengan mbah Baidlawi dan mbah Maksum, saya sudah sering ketemu, ketika beliau-beliau itu tindak Rembang, atau saya dibawa ayah sowan ke Lasem. Dengan kiai Hamid baru ketika itulah saya melihatnya. Wajahnya sangat rupawan. Seperti banyak kiai, ada rona ke-Arab-an dalam wajah rupawan itu. Matanya yang teduh bagai telaga dan mulutnya yang seperti senantiasa tersenyum, menebarkan pengaruh kedamaian kepada siapa pun yang memandangnya.
Ayah saya berkata kepada Kiai Hamid, “Ini anak saya Mustofa, Sampeyan suwuk!” Dan tanpa terduga-duga, tiba-tiba, kiai kharismatik itu mencengkeram dada saya sambil mengulang-ulang dengan suara lembut: “Waladush-shalih, shalih! Waladush-shalih, shalih!”. Telinga saya menangkap ucapan itu bukan sebagai suwuk, tapi cambuk yang terus terngiang; persis seperti tulisan ayah saya sendiri di notes saya: “Liyakun waladul asadi syiblan laa hirratan.” (“Anak singa seharusnya singa, bukan kucing!”). Apalagi dalam beberapa kali petemuan selanjutnya, cengkeraman pada dada dan ucapan lembut itu selalu beliau ulang-ulang. Tapi dalam hati, diam-diam saya selalu berharap cambuk itu  benar-benar mengandung suwuk, doa restu.  
Kemudian ketika saya sering berjumpa dalam berbagai kesempatan, apalagi setelah saya mulai mengenal putera-putera beliau –Gus Nu’man, Gus Nasih, dan Gus Idris— , Kiai Hamid pun menjadi salah satu tokoh idola saya yang istimewa. Pengertian idola ini, boleh jadi tidak sama persis dengan apa yang dipahami kebanyakan orang yang mengidolakan beliau. Biasanya orang hanya membicarakan dan mengagumi karomah beliau lalu dari sana, mereka mengharap berkah. Seolah-olah kehadiran Kiai Hamid –Allah yunawwir dhariihah— hanyalah sebagai ‘pemberi berkah’ kepada mereka yang menghajatkan berkah. Lalu beliau pun dijadikan inspirasi banyak santri muda yang –melihat dan mendengar karomah beliau-- ingin menjadi wali dengan jalan pintas. Padahal berkah beliau, paling tidak menurut saya –dengan alasan-alasan yang akan saya kemukakan melalui kisah-kisah di belakang—lebih dari itu.
Pernah suatu hari saya sowan ke kediaman beliau di Pasuruan. Berkat ‘kolusi’ dengan Gus Nu’man, saya bisa menghadap langsung empat mata di bagian dalam ndalem. Saya melihat manusia yang sangat manusia yang menghargai manusia sebagai manusia. Bayangkan saja; waktu itu ibaratnya beliau sudah merupakan punjer-nya tanah Jawa, dan beliau mentasyjie’ saya agar tidak sungkan duduk sebangku dengan beliau. Ketawaduan, keramahan, dan kebapakan beliau, membuat kesungkanan saya sedikit demi sedikit mencair. Beliau bertanya tentang Rembang dan kabar orang-orang Rembang yang beliau kenal. Tak ada fatwa-fatwa atau nasihat-nasihat secara langsung, tapi saya mendapatkan banyak fatwa dan nasihat dalam pertemuan hampir satu jam itu, melalui sikap dan cerita-cerita beliau. Misalnya, beliau menghajar nafsu tamak saya dengan terus menerus merogoh saku-saku beliau dan mengeluarkan uang seolah-olah siap memberikannya kepada saya (Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa salah satu ‘hoby’ Kiai Hamid adalah membagi-bagikan uang). Atau ketika beliau bercerita tentang kawan Rembang-nya yang dapat saya tangkap intinya: setiap manusia mempunyai kelebihan di samping kekurangannya.
Ketika ‘krisis’ melanda NU di tahun 80-an, saya nderekke para rais NU Wilayah Jawa Tengah, Almarhum Kiai Ahmad Abdul Hamid Kendal, Almarhum Kiai A. Malik Demak, dan Kiai Sahal Machfudz Kajen, sowan ke kediaman kiai saya, Kiai Ali Maksum Krapyak Yogya –Allah yarhamuh—yang waktu itu Rais ‘Am. Kebetulan pada waktu itu Kiai Hamid sudah ada disana. Seperti biasa dengan nada berkelakar, Pak Ali –demikian santri-santri Kiai Ali selalu memanggil beliau—berkata kepada Kiai Hamid: “Iki lho, Mustofa  kandani, seneni!”  (“Ini lho Mustofa dinasihati, marahi!”). Memang ketika itu saya sedang ada ‘polemik’ dengan kiai saya yang ‘liberal’ itu. Sekali lagi saya saksikan Kiai Hamid –dalam memenuhi permintaan sahabat-karibnya itu—dengan kelembutannya yang khas, hanya bercerita. “Saya tidak bisa bernasihat; mau menasihati apa? Tapi saya ingat dulu Syaikhuna …” demikian beliau memulai. Dan, masya Allah, dari cerita beliau, semua yang hadir merasa mendapat petuah yang sangat berharga; khususnya bagi kehidupan berorganisasi dan bermasyarakat. Prinsip-prinsip penting organisasi, beliau sampaikan --dengan metode cerita— sama sekali tanpa nada indoktrinasi atau briefing; apalagi menggurui. Luar biasa!
Sengaja saya ceritakan  beberapa pengalaman pertemuan  saya dengan Kiai Hamid di atas, selain sebagai tahadduts bin-ni’mah, saya ingin menunjukkan bahwa beliau memiliki ‘karomah’ yang lain, yang lain dari yang dipahami banyak orang. Sebenarnya buku yang sekarang ada di tangan Anda, sudah cukup memberikan gambaran agak utuh tentang sosok beliau; khususnya yang berkaitan dengan sifat-sifat keteladanan beliau. Tentang penguasaan ilmu, akhlak, dan perhatian beliau terhadap umat. Pendek kata tentang hal-hal yang di masa kini sudah terbilang langka.
Yang kiranya masih perlu dibeber lebih luas adalah proses yang berlangsung, yang membentuk seorang  santri Abdul Mu’thi menjadi Kiai Abdul Hamid. Tentang ketekunan beliau mengasah pikir dengan menimba ilmu; tentang perjuangan beliau mencemerlangkan batin dengan penerapan ilmu dalam amal dan mujahadah; dan kesabaran beliau dalam mencapai kearifan dengan terus belajar dari pergaulan yang luas dan pengalaman yang terhayati. Sehingga menjadi kiai yang mutabahhir, yang karenanya penuh kearifan, pengertian, dan tidak kagetan.  Kiai Hamid bukanlah ‘Wali Tiban’.  ‘Wali Tiban’, kalau memang ada, tentu berpotensi kontroversial dalam masyarakat. Kiai Hamid tidak demikian. Beliau dianggap wali secara ‘muttafaq ‘alaih’. Bahkan  ayah saya, Kiai Bisri Mustofa dan guru saya Kiai Ali Maksum –keduanya adalah kawan-karib Kiai Hamid-- yang paling sulit mempercayai adanya wali di zaman ini, harus mengakui, meskipun sebelumnya sering meledek kewalian kawan-karib mereka ini.
Banyak orang alim yang tidak mengajarkan secara tekun ilmunya dan tidak sedikit yang bahkan tidak mengamalkan ilmunya. Lebih banyak lagi orang yang tidak secara maksimal mengajarkan dan atau mengamalkan ilmunya. Sebagai contoh, banyak kiai yang menguasai ilmu bahasa dan sastra (Nahwu, sharaf, Balaghah, ‘Arudl, dsb.), namun jarang di antara mereka yang mengamalkannya bagi memproduksi karya sastra. Kebanyakan  mereka yang memiliki ilmu bahasa dan sastra itu menggunakannya ‘hanya’ untuk membaca kitab dan mengapresiasi, menghayati keindahan, kitab suci Al-Quran. Tentu tak banyak yang mengetahui bahwa salah satu peninggalan Kiai Hamid –rahimahuLlah—adalah naskah lengkap berupa antologi puisi.
Banyak kiai yang karena ke-amanah-annya mendidik santri, sering melupakan anak-anak mereka sendiri. Kiai Hamid, seperti bisa dibaca di buku biografi ini, bukan saja mendidik santri dan masyarakat, tapi juga sekaligus keluarganya sendiri.     
Dari sosok yang sudah jadi Kiai Hamid, kita bisa menduga bahwa penghayatan dan pengamalan ilmu itu sudah beliau latih sejak masih nyantri. Demikian pula pergaulan luas yang membangun pribadi beliau, sudah beliau jalani sejak muda, sehingga beliau menjadi manusia utuh yang menghargai manusia sebagai manusia; bukan karena atribut tempelannya. Dan kesemuanya itu melahirkan kearifan yang dewasa ini sangat sulit dijumpai di kalangan tokoh-tokoh yang alim.
Waba’du; sebelum saya menulis pengantar ini, saya sudah salat sunah dua raka’at; namun saya masih tetap merasa tidak sopan dan tidak sepantasnya berbicara tentang Kiai Hamid seperti ini dan khawatir kalau-kalau beliau sendiri tidak berkenan. Kelembutan dan kearifan beliau seperti yang saya kenallah yang membuat saya berani menuruti permintaan Gus Idris dan pihak Yayasan Ma’had As-Saafiyah Pasuruan untuk menulis. Semoga tulisan saya ini termasuk menuturkan kemuliaan orang salih yang dapat menurunkan rahmat Allah. Idz bidzikrihim tatanazalur rahamaat. Dan mudah-mudahan masyarakat tidak hanya mendapat berkah dari manakib beliau ini, tapi lebih jauh dapat menyerap suri tauladan mulia dari sierah dan perilaku beliau. Allahumma ‘nfa’naa bi’uluumihil qayyimah wa akhlaaqihil kariemah. Amin. 
 
Rembang, 1 Shafar 1424

Kamis, 07 April 2016

HUKUM ZIKIR SIRR, JIHAR DAN BERJAMA’AH SERTA DALIL-DALILNYA

HUKUM ZIKIR SIRR, JIHAR DAN BERJAMA’AH SERTA DALIL-DALILNYA[1]

سألت أكرمك الله عما اعتاده السادة الصوفية من عقد حلق[2] الذكر والجهر به في المساجد ورفع الصوت بالتهليل وهل ذلك مكروه أولا ؟

Aku bertanya kepadamu, semoga Allah swt memuliakanmu (Syaikh ‘Allamah As-Sayuthi), tentang tradisi pemuka-pemuka ulama sufi: mengadakan halaqah dan mengeraskan suara zikir dalam mesjid serta mengangkat suara  tahlil, apakah semua itu makruh atau tidak?”

الجواب : أنه لا كراهة في شيء من ذلك ، وقد وردت أحاديث تقتضي استحباب الجهر بالذكر ، وأحاديث تقتضي استحباب الإسرار به ، والجمع بينهما أن ذلك يختلف باختلاف الأحوال والأشخاص كما جمع النووي بمثل ذلك بين الأحاديث الواردة باستحباب الجهر بقراءة القرآن )والأحاديث(  الواردة باستحباب الإسرار بها وها أنا أبين ذلك فصلاً فصلاً

Beliau  (Syaikh ‘Allamah As-Sayuthi) menjawab:

Sesungguhnya semua itu tidak ada satupun yang makruh ! Sesungguhnya banyak datang hadits yang menunjukkan sunat menyaringkan suara zikir dan banyak pula hadits yang menganjurkan sirr, sehingga perlu dijama’ (dikompromikan), bahwa terjadi perbedaan itu (nash jihar dan sir) dikarenakan perbedaan kondisi dan pribadi. Hal yang sama juga dilakukan Nawawi, menjama’ antara hadits-hadits tentang sunat jihar dan sirr membaca Al-Quran. Begitulah. Sekarang aku akan menjelaskan tentang mengeraskan suara zikir sejelas-jelasnya.

ذكر الأحاديث الدالة على استحباب الجهر بالذكر تصريحاً أو التزاماً

Lalu beliau menyebut hadits-hadits yang menunjuk disunatkannya mengeraskan suara zikir, baik shareh (secara langsung) atau iltizam (secara tersirat).

الحديث الأول : أخرج البخاري عن أبي هريرة قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلّم : ( يقول الله : أنا عند ظن عبدي بي وأنا معه إذا ذكرني فإن ذكرني في نفسه ذكرته في نفسي وإن ذكرني في ملا[3] ذكرته في ملا خير منه ) والذكر في الملاً لا يكون إلا عن جهر

HADITS KE- 1.

Bukhari mengeluarkan dari Abu Hurairah berkata: ‘berkata Rasulullah saw: ‘berkata Allah swt: “Aku menurut sangkaan hambaKu kepadaKu, Aku bersamanya bila dia menyebutKu. Kalau dia menyebutKu dalam dirinya (siir) Akupun menyebut dia dalam diriKu (siir). Dan bila dia menyebutKu dalam sebuah jama’ah, Akupun menyebut dia dalam jama’ah yang lebih baik (banyak) dari jama’ah dia . ( Syaikh mengomentari hadits ini :”zikir dalam jama’ah tidak lain selain jihar”).

الحديث الثاني : أخرج البزار ، والحاكم في المستدرك وصححه عن جابر قال : ( خرج علينا النبي صلى الله عليه وسلّم فقال : ( يا أيها الناس إن لله سراياً[4] من الملائكة تحل وتقف[5] على مجالس الذكر في الأرض فارتعوا في رياض الجنة ) ، قالوا : وأين رياض الجنة ؟ قال : ( مجالس الذكر فاغدوا وروحوا[6] في ذكر الله )

HADITS KE-2.

Al-Bazzar dan Hakim mengeluarkan dalam Mustadrak sekaligus mentashhihkannya dari Jabir berkata: Rasulullah saw muncul kepada kami, lalu beliau berkata: “Wahai, manusia, sesungguhnya Allah swt punya Malaikat Saraya (terbang malam) yang berhenti pada majelis-majelis zikir di bumi. (Karena itu), maka ramaikanlah ‘kebun surga’.” Sahabat bertanya: “Dimana kebun surga?”. Beliau menjawab: ”majelis-majelis zikir, hendaknya kalian selalu menyebut Allah swt pagi dan petang”.

الحديث الثالث : أخرج مسلم ، والحاكم واللفظ له عن أبي هريرة قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلّم : ( إن لله ملائكة سيارة وفضلاء يلتمسون[7] مجالس الذكر في الأرض فإذا أتوا على مجلس ذكر حف[8] بعضهم بعضاً بأجنحتهم إلى السماء فيقول الله : من أين جئتم ؟ فيقولون جئنا من عند عبادك يسبحونك ويكبرونك ويحمدونك ويهللونك ويسألونك ويستجيرونك ، فيقول : ما يسألون وهو أعلم ؟ فيقولون : يسألونك الجنة ، فيقول : وهل رأوها ؟ فيقولون : لا يا رب ، فيقول : فكيف لو رأوها ؟ ثم يقول : ومم يستجيروني وهو أعلم بهم ؟ فيقولون من النار ، فيقول : وهل رأوها فيقولون لا ، فيقول : فكيف لو رأوها ، ثم يقول : أشهدوا أني قد غفرت لهم وأعطيتهم ما سألوني وأجرتهم مما استجاروني ، فيقولون : ربنا إنا فيهم عبداً خطاء جلس إليهم وليس منهم ، فيقول : وهو أيضاً قد غفرت له هم القوم لا يشقي بهم جليسهم )

HADITS KE-3.

Muslem dan Hakim mengeluarkan dengan lafadh Hakim dari Abu Hurairah berkata: berkata Rasulullah saw:”Sesungguhnya Allah swt  punya Malaikat Sayyarah (pejalan malam) yang utama yang mencari majelis-majelis zikir. Bila mereka mendatangi dan menemukannya segera mengepak sayap terbang ke langit. Allah swt bertanya:”Darimana kalian?”. Mereka menjawab:”Dari sisi hambaMu yang sedang bertasbih, bertakbir, bertahmid, bertahlil,  berdoa  dan meminta dijauhkan”. Lalu Allah swt bertanya lagi:”Apa yang mereka minta?” (Allah swt lebih tahu segalanya). Malaikat menjawab:”SurgaMu”. Allah swt bertanya:”Pernahkah mereka melihat Surga?”. “Tidak, ya, Rabbi”. Allah bertanya:”Bagaimana kalau mereka pernah melihat?”.Selanjutnya Allah swt bertanya lagi:”Dari apa mereka minta dijauhkan?” (Allah mahatahu segalanya tentang mereka). Malaikat menyahut:”Dari neraka!” “Pernahkah mereka melihat neraka”. Malaikat:”Belum”. “Bagaimana kalau mereka pernah melihatnya” tanya Allah swt lagi. Kemudian, Allah swt  berfirman:”Saksikanlah, sesungguhnya  aku telah mengampuni mereka, memberi apa yang mereka minta padaKu, menjaukan dari apa yang mereka minta dijauhkan kepadaKu. Malaikat mengatakan :”Tapi, dalam kalangan mereka ada seorang hamba berdosa ,dia bukan bagian mereka”. Allah swt  menjawab:”Dia juga telah Kuampuni, karena kaum itu tidak mencelakakan orang-orang yang duduk bersama mereka”.

الحديث الرابع : أخرج مسلم ، والترمذي عن أبي هريرة ، وأبي سعيد الخدري رضي الله تعالى عنهماقال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلّم:(مامن قوم يذكرون الله إلا حفتهم[9] الملائكة وغشيتهم الرحمة ونزلت عليهم السكينة وذكرهم الله فيمن عنده )

HADITS KE-4.

Muslem dan Tarmizi mengeluarkan dari Abu Hurairah dan Abu Said Al-Khudri ra berkata: berkata Rasulullah:”Tidaklah suatu kaum yang berzikir kepada Allah swt melainkan dikelilingi para Malaikat, dilimpahkan rahmat,  diturunkan ‘sakinah’(ketenangan jiwa) kepada mereka serta Allah swt menyebut-nyebut[10] mereka kepada siapa saja yang berada disisiNya”.

الحديث الخامس : أخرج مسلم ، والترمذي عن معاوية : ( أن النبي صلى الله عليه وسلّم خرج على حلقة من أصحابه فقال : ما يجلسكم ؟ قالوا : جلسنا نذكر الله ونحمده ، فقال : ( إنه أتاني جبريل فأخبرني أن الله يباهي بكم الملائكة )

HADITS KE-5.

Muslem dan Tarmizi mengeluarkan dari Mu’awiyah: Sesungguhnya Nabi saw keluar kepada satu halaqah zikir sahabat, lalu bertanya:”Mengapa kalian duduk-duduk?”. Mereka menjawab:”Kami duduk untuk berzikir dan memuji Allah swt”. Beliau berkata:”Sesungguhnya Jibril as baru saja datang dan memberikan tahukan, bahwa Allah swt membanggakan kalian kepada para Malaikat”.

الحديث السادس : أخرج الحاكم وصححه ، والبيهقي في شعب الإيمان عن أبي سعيد الخدري قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلّم : ( أكثروا ذكر الله حتى يقولوا مجنون )

HADITS KE-6.                                                                                                                                    

Hakim mengeluarkan sekaligus mentashihkannya dan Baihaqi dalam ‘Sya’bil iman’ dari Abu Sa’id Al-Khudri berkata: berkata Rasulullah:”Perbanyakkanlah zikir sehingga mereka (munafiq) mengatakan kalian ‘orang gila’.

الحديث السابع : أخرج البيهقي في شعب الإيمان عن أبي الجوزاء رضي الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلّم : ( أكثروا ذكر الله حتى يقول المنافقون إنكم مراؤون ) مرسل ، ووجه الدلالة من هذا والذي قبله أن ذلك إنما يقال عند الجهر دون الإسرار

HADITS KE-7.

Baihaqy mengeluarkan dalam ‘sya’bil iman’ dari Abu Jauzak ra berkata: berkata Rasulullah saw:”Perbanyakkanlah zikir kepada Allah swt sampai orang-orang munafiq mengatakan: ‘kalian gila!” Hadits Mursal. Cara penunjukan (pendalilan) hadits ini dan sebelumnya, bahwa itu semua hanya mungkin dikatakan pada zikir jihar bukan sirr.[11]

الحديث الثامن : أخرج البيهقي عن أنس قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلّم : ( إذا مررتم برياض الجنة فارتعوا ) قالوا : يا رسول الله وما رياض الجنة ؟ قال : ( حلق الذكر )

HADITS KE-8.

Baihaqi mengeluarkan dari Anas ra berkata: berkata Rasulullah saw:”Bila kalian melewati (menemukan) kebun surga ramaikanlah dia”. Sahabat bertanya:”Ya, Rasulullah saw, mana kebun surga?” Beliau menjawab:” halaqah-halaqah (jama’ah) zikir!”

الحديث التاسع : أخرج بقي بن مخلد عن عبد الله بن عمرو : ( أن النبي صلى الله عليه وسلّم مر بمجلسين أحد المجلسين يدعون الله ويرغبون إليه والآخر يعلمون العلم فقال : ( كلا المجلسين خير وأحدهما أفضل من الآخر )

HADITS KE-9.

Baqi bin Makhlad mengeluarkan dari Abdullah bin Umar ra: Sesungguhnya Nabi melewati dua majelis, salah satunya mereka menyeru (zikir) dan mengagungkan Allah swt, satunya lagi mengajarkan ilmu. Beliau berkata:’kedua-duanya baik, tapi salah satunya lebih baik!’

الحديث العاشر : أخرج البيهقي عن عبد الله بن مغفل قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلّم : ( ما من قوم اجتمعوا يذكرون الله إلا ناداهم مناد من السماء قوموا مغفوراً لكم قد بدلت سيئاتكم حسنات )

HADITS KE-10.

Baihaqy mengeluarkan dari Abdullah bin Mughaffal berkata: berkata Rasulullah saw: “Tidaklah kaum yang berkumpul berzikir kepada Allah swt kecuali mereka dipanggil para pemanggil dari langit:’bangunlah kalian dalam keadaan diampuni, sungguh dosa-dosa kalian telah digantikan dengan kebaikan”.

الحديث الحادي عشر : أخرج البيهقي عن أبي سعد الخدري عن النبي صلى الله عليه وسلّم قال : ( يقول الرب تعالى يوم القيامة : سيعلم أهل الجمع اليوم من أهل الكرم فقيل ومن أهل الكرم يا رسول الله ؟ قال : مجالس الذكر في المساجد )

Sabtu, 13 Juni 2015

LUBABUL HADIST BAB 17 TENTANG KEUTAMAAN SEDEKAH

Diriwayatkan dari abu hutairoh ra. bahwasannya ia berkata : saya telah mendengan rasulullah berkata : " janganlah kamu semua menolak peminta minta sekalipun dia adlh kafir ". Maka berkatalah seorang lelaki dr sahabat ra. : "Wahai rasulullah, apakah kami perlu bersedekah dengan sesuatu dr harta benda kami kepada orang-orang kafir?" Beliau bersabda : "Ya benar, mereka adalah seorang mahluk dr mahluk-mahluk Allah Taala, dan sesungguhnya sedekah itu akan jatuh pada kekuasaan allah yang maha pemurah". Demikian sebagaimana disebuykan dlm riyadlus sholihin.

Rasulullah beesabda :

الصدقة تدفع ميتة السوء

Artinya : sedekah itu dapat mencegah mati jelek

hadist diriwayatkan oleh al qudla'i dari abu hurairoh ra. yaitu hadist dhoif, adapun yang dimaksud jelek tersebut adalah apa saja yang tidak terpiji akibatnya dr keadaan yang tidak baik, seperti terbakar dan tenggelam.

nabi saw bersabda :

صدقة السر تطفئ غضب الرب وصدقة العلانية جنة من النار

artinya : sedekah yang rahasia itu dapat memadamkan kemurkaan tuhan, dan sedekah terang terangan itu adalah merupakan benteng dari neraka"

sebagaimana diriwayatkan dari abu hurairoh ra. bahwasannya ia berkata : aq mendengar rasulullah bersabda : tiadalah dr seorang hamba yang memberikan sesuatu kepada seorang peminta sekalipun sesuap makanan, melainkan dengan sedekah itu allah menolak bencana ( siksaan ) dr padanya.

rasulullah bersabda :

الصدقة تسد سبعين بابا من السوء
artinya :
Sedekah itu dapat menutup tujuhpuluh pintu kejelekan.

hadist diriwayatkan oleh thabroni dari rifa'i bin khdaij dengan isnad yang lemah. dalam satu riwayat oleh al khatib dari anas dengan isnad yang lemah : "sedekah itu dapat mencegah tujuh puluh macam dr macam macam bencana, seeingan ringannya adalah penyakit kusta dan sopak. inilah dari apa yang telah diajarkan oleh allah ta'ala kepada nabinya tentang pengobatan rohani dimana para manusia merasa lemah untuk menemukannya.

nabi saw. beesabda :

اتقواالنار ولوبشق تمرة فان لم تجدوا فبكلمة طيبة
artinya :
takutlah kamu semua akan siksa neraka sekalipun dengan sesobek kurma, jika kamu tidak mendapatkan (mempunyai), maka cukuplah dengan ucapan yang baik.

maksudnya jadikanlah antara kamu dan neraka jahannam berupa penjagaan dr sedekah dan amal kebaikan, sekalipun penjagaan itu berupa sesobek kurma. jika kamu tidak dapat bersedekah dengan sesobek kurma karna tidak mempunyai apa apa, cukuplah besedekah dengan perkataan yang baik, yang dapat menyenangkan hati manusia karena halusnya ucapan atau perbuatan. Karena hal itu dapat menyebabkan selamat dr neraka. Hadiast tersebut diriwayatkan oleh imam ahamad, bukhari, dan muslim dr ady bin hatim.

Al azizi brkata mengutip dr assyuyuti : dzikir adalah lebih utama drpd sedekah, ia juga dpt menolak bencana. Dn dr nabi saw bawasanya beliau bersabda : bersedekahlah kamj semua untuk diri kamu dn untuk orang orang matimu dengan seteguk air, jika tdk mampu yang demikian itu maka dengan satu ayat dr kitab allah taala, jika kamu tidak mengetahui sesuatu dr alqur'an, maka hendaklah kamu memohonkan ampunan dn rahmat. karena sesungguhnya allah taala menjanjikan kamu semua akan terkabul. Demikian sebagaimana disebutkan dalam riyadlus sholihin.

nabi saw. bersabda

لا تستحيوا من اعطاء القليل فان الحمرمان اقل منه

artinya : janganah kamu merasa malu memberikan sedikit, karena sesungguhnya tidak memberi itu adalah lebih sedikit drpd memberi sedikit.

nabi saw. bersabda

من نهر سائلا نهرته الملائكة يوم القيامة

artinya : siapa yang menghardik (membentak) peminta minta, maka para malaikat tentu menghardiknya pada hari kiamat.

siapa yang membentak dan mencegah memberikan kebutuhan pengemis yang meminta dan melontarkan perkataan yang salah, maka para malaikat pasti membentak bentak kepadanya pada hari kiamat. maka sebaiknya untuk menolaknya hendaknya dengan penolakan yang baik. Diriwayatkan dr az zamaksyari bahwasannya nabi saw. bersabda "apabila kamu menolak peminta-minta sampai tiga kali lalu ia tidak kembali maka kamu tidak berhak untuk menolaknya. kalau ia bukan pengemis tetapi penuntut ilmu apabila ia datang kepadamu maka janganlah kamu menghardiknya".

nabi saw. bersabda :

مهر الحور العين قبضة التمر وفلق الخبز

artinya : maskawin bidadari syurga itu adalah segenggam korma dn sesobek roti.

nabi saw bersabda :

مانقص مال من صدقة
artinya : tidak akan berkurang harta karena dipergunakan bersedekah."

bahkan dengan sedekah maka di dunia harta menjadi bertambah dengan keberkahan dan menolak kerusakan dr padanya. sedangkan di akhirat dengan memperoleh bagian pahala. dn dalam riwayat imam imam ahmad, muslim, dn turmudzi dr abu hurairoh ra. : " Tidak berkurang harta untuk bersedekah, tiadalah allah menambahkan seorang hamba karena pemaaf melainkan diri karena allah melainkan allah meninggikannya".

nabi saw bersabda :

الصدقة شيئ عظيم قالها ثلاثا

artinya : sedekah itu adlh sesuatu yang agung, Nabi bersabda seperti itu diulang sampai tiga kali.

       Dalam satu riwayat oleh thabroni dan abu nu'aim dari anas dengan sanad yang terpercaya diaebutkan : " bersedekahlah kamu semua, karena sedekah itu merupakan penebus kamu semua dr neraka ". dan sedekah itu lebih utama dr pada haji sunnah menurut abu hanifah. Demikian sebagaimana dikutip oleh Al Manawi dr Ubbad.

nabi saw bersabda :

الصدقة ترد اابلاء وتطول العمر

artinya : sedekah itu menolah bencana dan memanjangkan umur.

       Maksudnya umurnya membawa berkah untuk melakukan ketaatan. Dalam riwayat Abu Nu'aim dr ali dengan isnad dloif : "Sedekah melakukan yang makruf, berbakti kepada kedua orang tua dan menyambung hubungan keluarga, adlh dpt merubah celaka menjadi bahagia, dpt menambah umur dan menumbangkan kejelekan"

       Diceritakan, bahwasannya ada seorang lelaki yang memiliki sebatang pohon besar di sisi rumahnya. Pada pohon besar di isi rumahnya. Pada pohon itu terdapat anak anak burung sejenis merpati. Maka isterinya berkata kepadanya : "Naiklah ke pohon itu dan turunkanlah anak anak burung itu untuk di beri makan bersama anak anak". Lalu lelaki itu melakukan perbuatan itu. Seketika burung tekukur (merpati) mengadukan kepada Sayidina Sulaiman as. dan menceritakan kejadian itu kepadanya. Nabi sulaiman lalu memangilnya, dan menjanji soerang lelaki tadi untuk bertaubat. lelaki itupun menyatakan : "Aku tidak akan kembali melakukan perbuatan itu selama lamanya". Isterinya berkata lagi kepada suaminya seperti apa yang di katakan pertama. berkatalah lelaki (suaminya) : "Aku sudah tidak akan berbuat seperti itu, karena Nabi Sulaiman sempat mengirusmu atau pada burung merpati itu, sedangkan beliau sibuk dengan kerajaannya?". Demikian itu berulang kali dikatakan. Sehingga sehingga suaminya naik dn menurunkan anak anak burung itu. Maka kembalilah burung merpati itu kepada nabi sulaiman seraya memberitahukan hal itu. Maka nabi sulaiman marah dan memanggil dua syetan yang satu dr arah timur dn satunya dr arah barat, beluai seraya berkata kepada keduanya : "Tetaplah kamu berdua pada pohon itu!". Andaikata seorang l3laki tadi datang lagi pada anak anak burung, maka peganglah kedua kakinya dn lemparkanlah ia dr pohon, Kemudian kedua syetan itu berangkat dn menetap pada pohon itu. Maka ketika burung tekukur itu beranak, lelaki itu bermaksud memanjat pohon dan meletakkan kedua kakinya padanya. Tiba tiba ada pengemis berada dipintu rumahnya. lalu ia menyuruh istrinya untuk memberikan sesuatu kepadanya. istrinya berkata : saya tidak mempunyai sesuatu apapun . maka kembalilah lelaki itu dn mendapatkan sesuap makanan lalu diberikan kepada pengemis, kemudian ia memanjat dn naik pohon itu serta menurunkan anak anak burung. maka kembalilah burung terkukur atau merpati itu kepada nabi sulaiman seraya memberitahukan hal itu kepadanya. maka sulaiman sangat marah dn memanggil kedua syetan tadi seraya berkata : kamu berdua mendurhakai aku!, kedua syetan itu menjawab : kami tidak mendurhakaimu, kami tetap menetap pada pohon itu, namun ketika lelaki itu naik pohon, datang seorang pengemis dipintu rumahnya, lalu ia memberinya sesuap gandum, kemudian kembalilah pengemis itu. maka kami segera menuju ke lelaki itu untuk mengambilnya. tiba tiba allah mengutus dua orang malaikat, salah satu dr keduanya memegang leherku dn melemparkan aq ke tempat terbitnya matahari dn yang lain memegang leher temanku dn melemparkan ketempat matahari terbenam. Demikian ini jika sedekah itu dr yang halal. Adapun jika sedekah dr yang haram maka ia tidak akan selamat melainkan berupa siksaan. Sebagaimana diriwayatkan dr anas bin malik ra. bahwasannya ia berkata : rasulullah saw. bersabda : "Sesungguhnya di neraka jahannam terdapat rumah yang bernama rumah kesusahan, disediakan oleh allah untuk orang yang bersedekah dr harta yang haram".

Selasa, 19 Mei 2015

lubabul hadist bab 16 keutamaan zakat

Zakat sebagai dalil keimanan orang yang melakukannya. sebab orang munafik menahan zakat tidak mau mengeluarkannya karena tidak ber'itikad untuk berzakat.

nabi bersabda :

الزكاة قنطرو الاسلام

artinya : Zakat itu adalah jembatannya orang islam

hadist diriwayatkan oleh thabroni dari abu darda' dan al baihaqi dr ibnu umar.

rosulullah bersabda :
الزكاة طهر الايمان
artinya : zakat adalah kesucian iman

rosulullah bersabda :
لا يقبل الله  الايمان الا بازكاة ولا ايمان لمن لازكاة له

artinya : allah tidak akan menerima iman melainkan dengan zakat, dan tidak sempurna iman seseorang yang tidak mau berzakat.

rasulullah beesabda :

حصنوا اموالكم بالزكاة ودووا مرضاكم بالصدقة واعدوا للبلاء الدعاء

artinya : bentengilah harta kamu semua dengan zakat, obatilah orang-orang sakitmu semua dengn bersedekah, dan persiapkanlah do'a sewaktu-waktu uncul bencana.

hendaklah kamu semua berdo'a ketika ditimpakan bencana, karena dengan doa itu dapat melenyapkannya, hadist teesebut diriwayatkan thabroni dan abu na'im serta alkhatib. dalam tiwayat abu dawut, pengganti jumlah terakhir itu dengan kalimat : mohon pertolongan kamu s3mua untuk menangung bencana itu dengan berdoa dan berendah diri kepada allah.

rasulullah bersabda :

ما هلك مال فى بر ولا بحر الا بمنع الزكاة

artinya : harta daratan dan lautan tidak akan mengalami kerusakan, kecuali dengan menahan zakat ( tidak dizakati ).

nabi bersabda :

لا ايمان لمن لا صلاة له ولا صلاة لمن لا زكاة له.

artinya : tidak sempurna iman seseorang yang todak sholat, dan tidak sempurna sholat orang yang tidak mau berzakat.

karena sholat merupakan cahaya, sebagaimana disebutkan dalam hadist, yaitu menjadikan sebab bersinarnya cahaya cahaya makrifat. maka tidak sempurna sholat orang yang tidak mau berzakat.
asebagaimana dirwayatkan dari ibnu ma' ud yang menyuruh kita untuk mendirikan sholat dan memberikan zakat, dan siapa yang tidak berzakat maka tidak sempurna sholatnya.

dalam riwayat muslim disebutkan : siapa mendirikan sholat sedangkan ia tidak memberi zakat, maka tidak termasuk seorang mislim yang beefaat amalnya.
dalam satu hadist  : sesungguhnya allah ta'ala menghubungkan bersama tiga perkara dengan tiga perkara maka tidak diterima salah satu dari padanya tanpa yang lain. allah taala berfirman :" dirikanlah sholat dan berikanlah zakat.
firman allah : taatilah allah dan taatolah rasul.
dan firman allah : supaya kamu bersukur kepadaku dan kepada kedua orang tuamu.

rasul bersabda :

طهروا اموالكم بالكاة
artinya : sucikanlah harta bendamu dengan mengeluarkan zakat.

nabi bersabda :

من وجبت عليه الزكاة فلم يدفعها فهو فى النار

artinya : siapa yang telah berkewajiban zakat tetapi ia tidak mau memberikannya ( kepada yang berhak ), maka ia berada di neraka.

nabi bersabda :

لا خير فى مال لا يزكى

artinya : harta yang tidak dizakati itu tadak ada kebaikannya.

nabi bersabda :

من منع الزكاة منع الله تعالى عنه حفظ المال

artinya : siapa menahan zakat, maka allah taala menahan daripadanya memelihara harta ( hartanya tidak berkah ).

Minggu, 17 Mei 2015

lubabul hadist bab 15 keutamaan ibadah sunnah

ibadah sunnah yg dimaksud adalah sholat solat sunnah. ulamak mengatakan bahwa hikmah disyariatkannya sholat-sholat sunnah adlh untuk menyempurnakan sholat-sholat yang terdapat kekurangan dalam melaksanakannya. maka kekurangan itu ditambal dengan sholat-sholat sunnah.

من صلى فى اليوم والليلة اثنتي عشرة ركعة تطوعا، بنى الله له بيتا فى الجنة،،
artinya : siapa yang melakukan sholat sunnah sehari semalam sebanyak 12 rokaat, maka allah membangunkan rumah disurga untuknya.

hadist tersebut  diriwayatkan oleh imam ahmad, muslim, abu dawut, nasai dan ibnu majjah dr ummu habibah. ibnu hajar al 'asqhodzi seperti itu, dan ia menambahkan : empat rokaat sebelum dhuhur dua rokaat sesudahnya , dua rokaat bakda maghrib, dua rokaat bakda isyak dan dua rokaat sebelum sholat fajar.

al azizi mengatakan : dlm riwayat ini tidak menyebutkan bilangan tersebut , yang menjelaskan adlh imam  an nasai dr ummu habibah ia berkata : 4 rokaat qobliah dhuhur, 2  rokaat bada dhuhur, 2 rokaat sebelum ashar, 2 rokaat sesudah maghrib, dan 2 rokaat sebelum sholat isya'

من صلى قبل الفجر ركعتين وقبل الظهر اربعا وبعدها اربعا واربعا قبل العصر دخل الجنة.

artinya : siapa sholat sunnah dua rokaat sebelum fajar (subuh) dan empat rokaat sebelum dan sesudah dhuhur serta empat rokaat sebelum ashar, maka ia masuk surga.

yaitu masuk surga bersama sama orang terdahulu. disebutkan dalam satu hadist : " dua rokaat fajar adalah lebih baik dari pada dunia dan seisinya ". hadist diriwayatkan oleh imam muslim. dan makruhkan meninggalkan  dua rokaat itu. hadist diriwayatkan imam ahmad dan abu dawud dari abu hurairoh. pada keduanya terdapat pendapat bahwa dua rokaat itu lebih utama dari pada witir yang sementara pendapat mewajibkannya. disunnahkan untuk memisahkan antara keduanya dengan sholat fardlu, dengan meminggang atas lambungnya yang kanan. jika tak dapat maka dengan perkataan atau berpindah dari tempatnya atau yang sepertinya.
dalam satu hadist bahwa nabi saw. tidak meninggalkan empat rokaat sebelum dhuhur dan sesungguhnya beliau sholat sebelum ashar empat rokaat dan memisahkan antara dua rokaat dengan salam. diriwayatkan bahwasannya nabi saw. bersabda : allah mengasihi seorang yang sholat empat rokaat sebelum ashar. hadist  diriwayatkan oleh imam ahmad, abu dawud dan turmudzi.

nabi bersabda :
من صلى قبل الظهر اربعا، كان كعدل رقبة من بنى اسماعيل

artinya : "siapa mengerjakan sholat sunnah sebelum dhuhur empat rokaat maka ia diberi pahala seperti pahala memerdekakan budak bani (keturunan) ismail"
hadist diriwayatkan  oleh thabrani dari seorang sahabat anshor .
nabi bersabda :
من صلى ركعتين فى حلاء لايراه الا الله، والملائكة كتب له براءة  من النار
artinya : siapa yang sholat sunnah dua rokaat ditempat yang sepi dimana tak seoarangpun mengetahui kecuali allah dan para malaikat, maka ditetapkan baginya terbebas dr api neraka.
hadist riwayat ibnu asakir dr jabir ra.

hal itu mengandung pengertian bahwa dengan melakukannya menyebabkannya allah taala meimpahkan pertolongan kepadanya untuk bertabat atau mengampuninya dan meridloi pengaduannya maka api neraka tidak akan meyentunya. faidah itu dikemukakan oleh al 'azizi.

rasulullah bersabda :
ما من عبد يصلى فى بيت مظلم بركوع تام وسجود تام الاوجبت له الجنةبلا حساب
artinya :
tidaklah dari seorang hamba yang sholat didalam rumah yg gelap dengan menyempurnakan ruku' dan sujudnya maka baginya wajib masuk surga tanpa hisab.

rasulullah bersabda :

من صلى اربع ركعات بحيث لاتراه الناس فقد برئ من النفاق والكفر والبدعة والضلال.

artinya : siapa sholat sunnah empat rokaat sekiranya para manusia tidak melihatnya, maka ia benar benar terbebas dari sifat munafik, kufur, bid'ah dan sesat.

rasulullah bersabda :

من صلى قبل العصر اربعا حرمه الله على النار.

artinya : siapa yang sholat sunnah sebelum ashar empat rokaat, maka allah mengharamkannya dari siksa neraka.

maksudnya dengan sholat itu maka allah melebur dosa dosanya sehingga mengandung pegertian selain itu hadist ini diriwayatkan oleh thabrani dr ibnu umar ra. al manawi berkata : dalam satu riwayat, api neraka tidak akan menyentuhnya. dalam ini disunnahkan empat rakaat sebelum ashar, sebagaimana dikemukakan as syafii.

rasulullah beesabda :

من صلى بعد المغرب ركعتين قبل ان يتكلم كتبتا فى عليين

artinya : siapa yang sholat sunnah sesudah maghrib dua rokaat sebelum berbicara, maka pahala kedua rokaat itu ditulis dalam illiyin.

maksudnya orang yang melakukan shoat sunnah dua rokaat sesudah maghrib berbicara dengan sesuatu urusan keduniaan, maka pahala kedua rokaat itu di tulis dalam illiyin , yaitu nama buku besar khusus untuk mencatat amal kebaikan dua golongan besar yaitu manusia dan jin. hadist tersebut diriwayatkan oleh abdur rozzaq dari makhlul dengan isnad sahih.

dalam hadist yang diriwayatkan oleh ibnu hibban dan thabroni dari zubair bin 'awwam disebutkan : tiadalah dari sholat fardlumelainkan didepanya terdapat dua rokaat, dalam hadist ini mensunahkan sholat rowatib qobliyah bagi sholat sholat 5 waktu.

dan dalam hadist yang diriwayatkan oleh ibnu nashr dari ibnu umar : siapa melaksanakan sholat sunnah enam rokaat sesudah maghrib sebelum berbicara, maka dengan enam rakaat itu diampini dosanya selama 50 tahun. itulah sholat awwabin dan menghidupkan kesempatan waktu antara maghrib dan isyak , adalah sunnah muakad.

rasulullah bersabda :

من صلى اربع ركعات بعد العشاء قبل ان يتكلم فكانما ادرك ليلة القدر فى المسجد الحرام

artinya : siapa sholat sunnah 4 rokaat sesudah shilat isya' sebelum berbicara, maka ia seperti mendapatkan lailatul qodar didalam masjidil harom ( dimakkah )

dalam lafadz lain disebutkan, bahwa ia benar benar menghidupkan malam lailatul qodar. aisyah ra. berkata : rasulullah saw. mengerjakan sholat sesudah isyak yang akhir sebanyak empat rokaat kemudian beliau tidur. demikian disebutkan dalam ihya'.

rasulullah beesabda :

من صلى الضحى ثنتى عشرة ركعة ايمانا واحتسابا كتب الله له الف الف حسنة ومحاعنه الف الف سيئة ورفع له الف الف درجة وبنى الله له بيتا قى الجنة وغفر الله له ذنوبه كلها

artinya : siapa yang sholat dluha sebanyak dua belas rokaat dengan iman dan mengharapkan pahala, maka allah ta'ala menetapkan baginya sejuta kebaikan, menghapus daripadanya sejuta kejelekan, mengangkat baginya sejuta derajat dan allah membangunkan baginya sebuah rumah disurga, dan allah mengampuni dosa-dosa orang itu seluruhnya.

dalam riwayat turmudzi dan ibnu majah dari anas ra. dengan isnad dloif : "siapa sholat duha dua belas rokaat maka allah membangunkan baginya sebuah gedung disurga dari emas". dan dalam riwayat thabroni " jika kamu sholat dua rokaat , maka kamu tidak ditetapkan termasuk orang-orang yang lalai, atau empat rokaat maka kamu ditetapkan termasuk orang-orang yang tunduk patuh kepada allah, atau enam rokaat maka ditetapkan termasuk orang-otang yang taat kepada allah, atau delapan rokaat maka kamu ditetapkan termasuk orang orang yang beruntung, atau sepuluh maka tidak ditulis dosa bagimu pada hari itu, dan jika engkau melakukannya dua belas rokaat, maka allah membangunkan rumah disurga.

Kamis, 03 April 2014

Biografi Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Abdur Rahman bin Abu Bakar bin Muhammad bin Sabiq Al-Khudhari (849-911 H)


Kepribadian Imam Jalaluddin As-Suyuthi dengan berbagai aspeknya, tanpa diragukan lagi adalah kepribadian yang unik yang pantas diteliti dan dipelajari. Beliau banyak memperdalam ilmu-ilmu agama dan bahasa, mengarang buku-buku kesusastraan, juga menaruh perhatian besar terhadap sejarah, politik dan sosial.

Beliau dipandang sebagai salah seorang sastrawan paling terkenal pada abad kelima belas. Dengan penanya, beliau menggeluti segala bidang ilmu. Beliau menulis tentang Al-Qur'an, al-Hadits, Fiqh, Sejarah, bahasa, Balaghah, Kesusastraan dan lain sebagainya.

Beliau juga sangat cinta pada ilmu. Beliau berpindah-pindah dari satu pusat pendidikan ke pusat pendidikan lainnya. Sumber-sumber sejarah menuturkan bahwa beliau telah belajar kepada enam ratus Syaikh (guru) pada zamannya di berbagai negara.

Nama lengkap beliau adalah Abdur Rahman bin Abu Bakar bin Muhammad bin Sabiq Al-Khudhari As-Suyuthi, yang diberi gelar Jalaluddin atau Abul Fadhl. Beliau juga dinamakan Al-Khudhari ini dinisbahkan kepada Al-Khudhariyah, yaitu nama sebuah tempat di Baghdad. Dan beliau terkenal dengan nama As-Suyuthi, dinisbahkan kepada As-Suyuthi, yaitu sebuah tempat asal dan tempat hidup seluruh leluhur serta ayah beliau, sebelum berpindah ke Kairo.

Beliau dilahirkan di Kairo pada tanggal 1 Rajab 849 H. Ayahnya mendidiknya dengan menghafal Al-Qur'an, dan wafat saat As-Suyuthi masih berumur lima tahun. Ketika ayah beliau meninggal dunia, beliau menghafal Al-Qur'an sampai surat At-Tahrim.

Beliau telah menghafal Al-Qur'an seluruhnya pada usia kurang dari delapan tahun. Hal itu menunjukkan kemampuannya dalam hafalan, yang selanjutnya menguatkan beliau untuk menghafal sebanyak 200.000 (dua ratus ribu) hadits, sebagaimana dinyatakan dalam kitabnya Tadribur Rawi.

As-Suyuthi belajar fiqh pada seorang Syaikh yang hidup pada masa itu, yaitu Ilmuddin Al-Bulqini dan beliau tetap belajar padanya hingga sang guru wafat. Semasa hidup Al-Bulqini, beliau telah mengarang sebuah kitab yang berjudul "Syarh Al-Isti'adzah Wa Al-Basmalah". Kemudian kitab tersebut, diperiksa oleh gurunya, Al-Bulqini, memujinya serta memberi kata pengantar pada kitab itu. Kemudian As-Suyuthi melanjutkan studinya dalam ilmu fiqh Asy-Syafi'i pada putra gurunya (Al-Bulqini). Dari guru baru inilah beliau banyak mempelajari beberapa kitab fiqh madzhab Syafi'i. Setelah itu, beliau terus melanjutkan pada Asy-Syaraf Al-Manawi.

Dan beliau belajar pada Al-Imam Taqiyuddin as-Subki Al-Hanafi selama empat tahun, selain itu beliau juga mempelajari darinya hadis dan bahasa.

Selama empat tahun pula, beliau belajar Ilmu Ushul dan Tafsir dari seorang pakar ilmu tersebut, yaitu al-Kaafiji. Beliau juga mengadakan sejumlah rihlah (lawatan keilmuan), dimana beliau berkunjung ke Yaman, Maroko dan India.

Beliau juga menyibukkan diri untuk memberi fatwa, mengajar fiqh, hadits, nahwu (ilmu tata bahasa Arab) dan bidang-bidang ilmu lainnya.

Pada usia empat puluh tahun, beliau berhenti memberikan fatwa dan mengasingkan diri di rumah untuk sepenuhnya mengarang. Pekerjaan itu tetap ditekuninya hingga tiba ajalnya. Beliau wafat hari Jum'at pagi tanggal 19 Jumadil Ula 911 H, dan dikuburkan di Qushun.

Pujian Para Ulama

Ibnu Ammar Al-Hambali pernah memuji beliau dengan perkataannya: "Beliau adalah sandaran peneliti yang cermat, juga mempunyai banyak karangan yang unggul dan bermanfaat".

Asy-Syaukani juga pernah memuji beliau dengan perkataannya: "Beliau adalah seorang imam besar dalam masalah Al-Kitab dan As-Sunnah, yang mengetahui ilmu-ilmu ijtihad dengan sangat luas, juga memiliki pengetahuan yang memisahkan diri dari pengetahuan ijlihad".

Asy-Syaukani berkata lagi tentang As-Suyuthi: "Beliau terkenal menguasai semua disiplin ilmu (agama), melampaui teman-temannya dan namanya terkenal di mana-mana dengan sebutan yang baik dan beliau juga telah mengarang kitab-kitab yang, berguna".

Hasil Karya Ilmiah

Tak diragukan lagi, bahwa karya-karya As-Suyuthi terdengar dan tersebar di mana-mana, beraneka ragam ilmu agama yang ditulisnya. Beliau mempunyai andil besar dalam ilmu hadis, Fiqh, Al-Qur'an. Ushul, bahasa dan sejarah.

Dalam setiap karya tulisnya, tercermin karakteristik As-Suyuthi. Adapun jumlah karya tulis beliau mencapai sekitar 600 (enam ratus) buku. Dan cukup kiranya kami sebutkan sebagian, antara lain sebagai berikut :
Al-ltqan fi 'Ulumil Qur'an, Is'aful mubtha' fi Rijalil Mutha', Asmaa-ul Mudallisin, Al-Iklil fi Istimbaath At-Tanzil, Tanasuqud durari fi Tanasubis Suari, Al-Amru Bil Ittiba' Wan Nahyu 'Anil Ibtida dan lainnya.